Manchester united merupakan salah satu dengan supremasi yang besar dari klub-klub sepakbola di daratan Eropa, mulai dari pemain-pemain yang ada di line-up, manajemen, asisten dan pelatih yang menukangi tim tersebut. Dari sebagian supporter pendukung mereka yangtersebar luas dari ujung satu ke ujung yang lainnya terdapat  supporter fanatik Manchester United yaitu the red army atau jika di bahasa Indonesia kan menjadi Tentara Merah. Mungkin dari dahulu sampai saat ini setahu saya jumlah mereka tentu sangat banyak dapat dikatakan memiliki jumlah sangat besar dengan tingkat hooliganisme tinggi di Britania Raya.

Sementara itu nama The Red Army juga digunakan untuk merujuk kepada fans Manchester United itu sendiri pada umumnya, yang kemudian pada pertengahan tahun 1970-an nama itu kemudian menjadi identik dengan beberapa kejadian-kejadian insiden dan kekerasan menentukan dalam hooliganisme Inggris Raya. Pasa saat tersaji laga – laga kandang maupun tandang Manchester United bentrokkan-bentrokan pada saat itu pun sering terjadi, entah apapun itu sebab dan akibatnya kejadian tersebut. Saya kutip berita dari dailymail.co.uk bentrokan massal terjadi dan terekan terekam pada tahun 1985. Kala itu the red army berseteru dengan hooligan pendukung dari tim West Ham United disekitaran kota Manchester.


Daily Mail, Saturday August 9, 1986, Man Utd V West Ham (sumber dailymail.co.uk)


Sejarah Singkat Red Army (Tentara Merah)

Tentu kalau dijelasin satu persatu secara rinci dan jelas mungkin saya tak akan pernah bisa, karena histori dan sejarah mengenai supporter dan tim Manchester United itu sendiri sudah ada sejak lama sekali, dan itu sudah menjadi dari bagian cerita sejarah d Kota , Inggris. Tapi setidaknya ada sebagian yang bisa saya kutib sedikit cerita dari pejalanan dan kisah Red Army merupakan julukan bagi kelompok hooligans atau fans garis keras Manchester United yang lebih terkenal dengan istilah hooligan firm.

Pada era akhir tahun 70an dan awal 80an merupakan masa-masa dimana Red Army tersebut seakan membusungkan dadanya dan sangat terkenal dengan segala eksistensinya, hingga mendapatkan predikat sebagai kelompok hooligans terbesar di negeri Inggris Raya ada saat itu, yang setahu saya pada kultur tahun yang sama terdapat juga kelompok-kelompok supporter dari klub lain yang juga mempunyai fanatic dan bersifat garis keras lainnya seperti contohnya Chelsea Headhunters (pendukung Chelsea) ataupun Liverpudilan (supporter Liverpool).

Red Army adalah perusahaan hooligan yang mengikuti English sepakbola klub Manchester United. Meskipun saat ini istilah Tentara Merah digunakan terutama untuk merujuk kepada fans dari klub pada umumnya, perusahaan hooligan telah salah satu perusahaan terbesar di sepak bola Inggris. Anggota Firm - dan perusahaan itu sendiri - kadang-kadang dikenal sebagai Pria in Black, karena para anggota berpakaian dalam semua pakaian hitam. Dalam 'jagoan' bukunya, Tentara Merah hooligan Colin Blaney menyatakan bahwa ada juga sub-divisi perusahaan yang dikenal sebagai Munichs muda, Inter Kota Jibbers dan Tikus Moston.

Red Army itu sendiri merupakan  nama yang diberikan kepada away supporters Manchester United selama tahun 1970-an. Yang paling terkenal adalah pada tahun 1974-75, saat United terdegradasi dari divisi utama Liga Inggris dan bermain satu musim di divisi kedua. Red Army yang selalu menyebabkan kekacauan di seluruh negeri Inggris, mengunjungi stadion di mana mereka akan hadir lebih banyak dari pada home fans.

Masih dari berita yang saya baca mereka sering kali berkelahi dengan kelompok dan para supporter hooligans lainnya, yang terutama dengan rival besar terberat mereka saat itu ICF (Inter CIty Firm) yang merupakan kelompok hooligans dari klub West Ham United. Mungkin suasana dan aroma paa saat itu bisa dibayangin sangat kental dengan perkelahian-perkelahian dan saling bersitegang antara satu dengan yang lainnya.

Red Army tampil dalam film dokumenter tahun 1985 berjudul ‘hooligan’ dimana saat itu kelompok hooligans West Ham United melakukan perjalanan away ke Old Trafford dalam pertandingan Piala FA Putaran ke-6,  dan terjadi perkelahian besar dengan antara Red Army dengan ICF di sekitar Manchester seusai pertandingan. Ini menunjukkan Tentara Merah pertempuran dengan Kota Firm Inter (ICF) di sekitar daerah kota Manchester, di Inggris. Mereka juga ditampilkan dalam The Real Football Pabrik seri dokumenter. Sebuah episode dari BBC drama, Hidup di Mars dimaca terdapat sebuag ceripa pendek yang berpusat pada hooliganisme sepak bola dengan fans Manchester United pada tahun 1970.

Tentu seseorang yang menjadi holligans dapat di definisikan dengan banyak arti dalam cangkupan yang cukup luas, tapi ssecara singkat mungkin HOOLIGAN memiliki arti yaitu sekelompok fans bola yang bersifat brutal dan menjurus anarkis  ketika tim bolanya kalah bertanding. Holligan merupakan stereotip dan definisi sepakbola dari Negara Ratu Ellizabeth tersebut. Tetapi kemudian menjadi fenomena global dan sebagian besar dari holligan adalah para backpacker yang telah berpengalaman dalam bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain.

Mereka sering menonton pertandingan yang beresiko besar serta banyak dari mereka sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik. Untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan untuk berkelahi, mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim mereka. mereka juga memilih pakaian asal-asalan agar tak dideteksi oleh pihak keamanan, meski demikian mereka tidak menggunakan senjata apapun dalam aksinya para HOOLIGAN biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama dalam stadion, tapi mereka berpencar-pencar.

Anggota Red Army yang paling terkenal saat itu adalah Tony O’Neill ,yang memimpin kelompok tersebut pada akhir tahun 1970 hingga pada sekitar tahun 2001 ketika ia dilarang menginjakkan kaki di seluruh stadion sepakbola di Inggris oleh Pemerintah setempat, dan bisa dipastikan semuanya kenapa dia mendapat hukuman skorsing tersebut. O’Neill telah merilis dua buku tentang hooligan firm tersebut, yaitu Red Army General pada tahun 2004 dan The Men in Black di tahun 2006 dan kini menjadi pimpinan perusahaan Champions Sport Travel penyedia jasa bagi fans United yang ingin menghadiri pertandingan away Manchester United. 

Judul dari The Men In Black berasal dari aggota Red Army  yang dikenal selalu mengenakan pakaian-pakaian serba hitam saat menonton pertandingan, dengan insiden paling dikenang adalah ketika mereka pergi untuk men-support United melawan West Ham di Upton Park, saat itu mereka menyergap para fans Wes Ham mengenakan balaclava. Kegiatan ini telah mereka telah menurun sejak akhir 1980-an sebagai hooliganisme sepakbola pada umumnya telah menjadi masalah yang kurang produktif daripada itu untuk lebih dari satu dekade sebelum itu.




foto Tony O’Neill 

Di saat Red Army mengunjungi suatu kota maka tempat itu akan berdengung, mereka selalu pergi dalam kelompok besar, mereka melakukan perjalanan dengan kereta api, mobil besar, bus/truk atau apapupun kendaraan yang dapat mengangkut mereka ketempat tujuan karena semangat besar mereka guna mendukung tim kesayangannya. Bahkan tidak peduli jarak yang jauh, hujan atau cerah, tetap saja mereka ada di sana, berdiri dan tidak berhenti nge-chant selama pertandingan berlangsung.

Selama bertahun-tahun Red Army selalu hadir di pertandingan United dengan jumlah yang besar, dan kini dalam era teknologi informasi yang sudah mendunia dengan adanya internet, Red Army makin dikenal secara global. Banyak dari fans Manchester United di seluruh dunia mendapatkan inspirasi dari mereka dalam men-support klub kebanggannya terutama dengan chant-chant mereka. Kini semakiin banyak fans United dimanapun mereka berada akan selalu menganggap dirinya sebagai Red Army