Selasa, 29 Oktober 2013




 FLARE, APAKAH ITU ?

Flare, mungkin sudah diantara kita yang banyak melihat pertunjukan salah satu jenis petasan asap ini. Banyak sekali kesebelasan diseluruh penjuru dunia mempunyai suporter yang tak pernah absen untuk menyalakan flare pada saat sebelum pertandingan ataupun setelah pertandingan berlangsung. Flare itu sendiri merupakan pyroteknik yang menghasilkan cahaya terang ( api ) atau panas yang intens tanpa disertai ledakan. Flare ini biasanya digunakan sebagai sinyal ataupun sebuah kode suar, sebagai alat penerangan, atau sebagai perlengkapan dalam kemiliteran. Jenis-jenis Flare itu sendiri pun sangat beragam, mulai dari jenis ukuran, dan fungsinya, seperti contohnya percikan api yang berwarna merah terang dengan kebulan asap yang sangat tebal.
Secara umum flare menghasilkan sebuah cahaya karena pembakaran logam magnesium yang kadang kadang dicampur dengan logam lain untuk menghasilkan warna lain yang akan berbeda dari warna yang aslinya. Flare ini sendiri mempunyai sifat tidak bisa padam atau tidak bisa mati walaupun disiram oleh air karena mempunyai sifat untuk memberi sebuah tanda apabila terjadi hal hal yang sangat penting dan bersifat darurat. Pada umumnya gas ataupun kebulan asap yang dihasilkan oleh flare “red flare/hand falre: itu sendiri mempunyai ketebalan asap yang sangat pekat dan bersifat ajeg, atau dalam artian kebulan asap tersebut dapat dengan lama bertahan berputar-putar di udara dengan jangka waktu yang lama karena dipengaruhi oleh sifat gas dalam flare tersebut.

Flare Dalam Sepak Bola   

Dalam ranah sepakbola Flare ini memiliki fungsi yang lain. Flare disini banyak digunakan  untuk memeriahkan suasana sekaligus sebagai simbol dukungan suporter kepada tim kesayangan mereka. Bisa juga Flare diartikan sebagai “tekanan” terhadap lawan, merayakan gol-gol kemenangan / ungkapan kegembiraan ataupun sekedar sebuah ungkapan kekecawan supporter dalam sepakbola. Saya sendiri juga tidak begitu tahu dan memahami soal-menyoal dan asal-usul mengapa flare dinyalakan di dalam stadion dalam sebuah pertandingan. Tentunya ini memerlukan sebuah pembahasan yang sangat kompleks untuk paham dan mengetahuinya, karena tentu tak ada asap maka tak ada api. Tentu ada sebuah cerita ataupun kabar burung yang menyertai tentang flare di dalam stadion, ini tidak hanya bagi supporter di Indonesia namun juga para supporter di luar negeri macam seperti Ultras dan Holigans di Inggris Raya.   
Anda semua pasti sudah tidak asing lagi dengan sebutan kelompok suporter “ULTRAS”. Kelompok supporter yang terkenal sangat fanatik mendukung tim kesayangannya. Mereka “Ultras” tergolong supporter yang ekstrim dalam bertindak (GARIS KERAS) yang terkenal mempunyai ideology politik tersendiri yang mereka anut. Mereka rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung, karena di sebagian negara yang terkenal dengan supporter Ultras tersebut, seperti Di Italia atau Di Amerika Latin seperti di Argentina, menyediakan tribun-tribun tersendiri untuk berdiri di salah satu sudut stadion mereka. Selain itu para Ultras terserbut juga senang menyalakan kembang api, red flare dan smoke bomb di dalam stadion.
Kelompok Ultras pertama kali lahir ada di Negara Italia bernama “Fossa dei Leoni” salah satu kelompok supporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Ultras juga sempat mencuri perhatian dunia pada pertengahan tahun 1980’an. Dalam konteks pemahan ini tentunya Red flare, hand flare dan smoke bomb tentu sudah lama sekali ada dan hadir di dalam stadion, mereka yang menggagas dan membawa flare ini tentu dari kalangan supporter kelas atas atau kelas radikal dan militan, karena dengan flare dan smoke bomb itulah mereka ingin di akui dan diketahui keberadaannya di tribun stadion. 



 (sumber: http://www.forza27.com/ac-milan-ultras-photo-collection/ )


Boca ULTRAS IL MIO CREDO

Namun apakah penggunaan Flare ini sesungguhnya diperbolehkan. Dalam peraturan yang telah dikeluarkan oleh FIFA, tidak disebutkan bahwa Flare atau Hand Flare dilarang. Namun, dalam konteks yang lain disebutkan bahwa “Segala sesuatu yang membahayakan jalannya pertandingan harusnya tidak boleh terjadi.” sehingga jika berkaca pada pernyataan tersebut, bisa saja disimpulkan bahwa penggunaan flare pada pertandingan sepakbola tidak dilarang karena tidak adanya sebuah penjelasan yang rinci mengenai larangan flare dalam stadion.  Maka dari itu FIFA melegalkan adanya Hand Flare karena penggunaannya tidak mengganggu jalannya pertandingan.
Sangat jarang sekali para suporter di Eropa, Inggris Raya ataupun di Negara-negara bagian Amerika dan Amerika Latin menyalakan Hand Flare, tetapi itu mereka para supporter dilakukan sesaat sebelum pertandingan ataupun sesudah pertandingan. Dan sangat jarang sekali ataupun bahkan tak ada dan tak terlihat sama sekali sekelompk supporter di Eropa dan Amerika menyelakan Red Flare di dalam stadion pada saat pertandingan berlangsung. Biasanya flare dinyalakan untuk mengapresiasi perjuangan pemain dan juga sebagai ekspresi kegembiraan setelah kemenangan, namun tak jarang juga sebagai ajang kekecewaan.
Dalam FIFA Safety Regulation mengenai Security Checks, flare tidak disebutkan sebagai barang yang dilarang untuk dibawa suporter masuk ke stadion. Memang disebutkan bahwa seseorang yang ingin masuk ke stadion tidak boleh membawa barang berbahaya, tapi tidak ada penyebutan flare disitu. Bahkan FIFA lebih menekankan kepada Alkohol yang mungkin dikonsumsi penonton selama menonton pertandingan.
Flare dalam Safety Regulation disebut dalam artikel 17 tentang Security Officer. Hanya saja FIFA menyebut secara lebih luas menggunakan kata Pyrotechnic. Artikel 17 poin 3 menyebutkan wewenang Security Officer ( penanggung jawab keamanan ) untuk menimbang resiko dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam sebuah pertandingan dengan berkoordinasi bersama pihak kepolisian, pihak kesehatan, pemerintah, dan berbagai pihak yang lainnya yang terlibat dalam manajemen sebuah even pertandingan. Hal yang perlu dipertimbangkan oleh Security Officer termasuk jika ada riwayat pendukung yang sering menggunakan pyroteknik. Tetapi tidak ada penegasan bahwa pyroteknik dilarang.
Ini berarti penggunaan pyroteknik semacam flare aturannya diserahkan kembali kepada organisasi sepakbola masing – masing negara dengan koordinasi dengan pihak keamanan kalau di Sepak bola kita negeri Indonesia ini berarti pihak PSSI lah yang mengeluarkan aturan untuk diperbolehkan atau tidaknya flare di nyalakan pada saat pertandingan berlangsung. Seperti halnya di Inggris yang tidak melarang flare. Flare selama tidak membahayakan jiwa penonton lainnya, selama tidak digunakan untuk membakar objek lainnya, selama tidak dilempar ke dalam lapangan sebelum, saat, dan sesudah pertandingan berlangsung, ataupun asapnya tidak masuk ke lapangan,menurut saya sah – sah saja jika merujuk pada peraturan FIFA.
 Penyelaan Red Flare juga terjadi di liga-liga Eropa, seperti English Premiere League, SERIE-A Italia. Bahkan pihak kepoliisian di liga-liga Eropa tersebut juga mengungkapkan bahwa meningkatnya jumlah flare dibawa ke lapangan sepak bola dengan pendukung adalah sebuah "kekhawatiran nyata".

Flare di sepakbola Indonesia

Nah, bagaimana kalau di Indonesia ? Seringkali kita lihat bahwa Flare menyala berwarna warni saat pertandingan berlangsung, tak jarang wasit yang memimpin pertandingan sempat menghentikan untuk beberapa saat jalannya pertandingan karena jarak pandang para pemain tertutup oleh adanya asap yang ditimbulkan oleh Hand Flare tersebut. Sampai selesai menulis artikel tentang flare ini ramung pun saya belum begitu mengetahui dan paham, supporter klub apa, dan di daerah mana flare pertama kali di nyalakan di dalam stadion yang ada di Indonesia pada waktu dahulu kala. Yaaa……!!!!! Mungkin saya masih dalam kandungan ibu saya, jadi sedikit sulit mengetahui hal-hal yang sudah terjadi di masa lampau.
PSSI yang akhir-akhir ini sudah selesai dari kesemrawutan liga di Indonesia, dan melihat dari kejadian-kejadian yang ada di stadion-stadion akhirnya PSSI menambahkan peraturan baru bahwa suporter dilarang membawa Flare kedalam stadion. Walaupun memang sejatinya FIFA tidak pernah menyatakan bahwa Flare adalah sesuatu yang dilarang, namun FIFA sendiri menyerahkan pada masing-masing induk organisasi di seluruh dunia apakah membolehkan ataupun melarangnya. Dan, PSSI sebagai induk sepakbola nasional memutuskan untuk melarangnya.
Sesungguhnya, pertunjukan flare yang menyala di seluruh penjuru stadion merupakan suatu suguhan atraktif tersendiri, dan saya pun mungkin bisa mengamininya karena setidaknya saya juga pernah melihat langsung supporter menyelakan flare di dalam stadion #gan…!!!!! Melihat dan menonton langsung dari awal sampai akhir dalam sebuah pertandingan di ISL (Indonesia Super League) 2013, kita bisa sedikit mengetahui aroma kemeriahan, kebersamaan di dalam stadion tersebut, apalagi saat tim yang kita dukung ngegolin, dan ada yang nyalaain Red Flare beberapa detik setelah itu. Namun jika itu dilakukan berlebihan tentu akan mengganggu jalannya pertandingan, suatu hal yang merugikan tidak hanya buat para pemain tetapi juga para penonton yang merasa terganggu. Flare maritim dan lainnya kembang api sering digunakan oleh Ultras di sepak bola dan acara olahraga & lainnya untuk meningkatkan suasana, meskipun itu adalah ilegal untuk melakukannya di sebagian besar negara. Karena peningkatan fokus pada daerah tersebut, beberapa fans resor untuk memotong keamanan menangani dari flare untuk membuat mereka lebih mudah untuk menyelundupkan ke dalam stadion sepak bola, yang hanya menambah potensi bahaya keamanan membawa kembang api untuk berdiri ramai di dalam stadion.
Di Liga Super Indonesia, suporter klub – klub sering menyalakan flare sebagai bentuk dukungan. Seperti Aremania pendukung Arema Cronous, dan waktu itu saya juga pernah lihat di tv. Biasanya flare “dibakar” ketika pertandingan memasuki 5 menit terakhir. Tak jarang juga red dan hand flare sudah tampak menyala terang pada tengah-tengah pertandingan, saat pertandingan sedang berlangsung bukan pada saat bertandingan menjelang usai di menit tambahan babak kedua. Penyalaan kembang api flare di dalam stadion pada saat pertandingan berlangsung tentu sangat merugikan, bagi penonton yang lain dan juga para pemain serta jalannya pertandingan berlangsung.
Akhir akhir ini di Indonesia, sering kita jumpai beberapa pertadingan di pentas laga Indonesia Super League terhenti akibat supporter yang menyalakan flare dan kembang api, yang menurut pehaman wasit bahwa itu merusak pertadingan, karena kepulan asap yang menyelimuti lapangan. Terlepas benar atau salah penilaian tersebut, FIFA telah merilis bahwa flare, Kembang Api dan Petasan merupakan hal yang dilarang didalam pertandingan sepakbola. Cukup logis memang, ketika FIFA mengeluarkan larangan tersebut karena asap dari Flare bisa merusak konsentrasi pemain karena hialngnya jarak pandang dari si pemain tersebut. Efek dari kembang api dan petasan pun sangat berbahaya baik itu untuk pemain dan penonton itu sendiri. Untuk kali ini rupanya PSSI membuat sebuah terobosan dengan menerapkan peraturan FIFA tersebut dan sudah melaksanakan dengan menjatuhkan hukuman kepada tim-tim yang berlaga di pentas Indonesia Super League bagi supporter mereka yang masih saja menyalakan flare di dalam stadion. 
Saya sendiri sampai saat ini pun juga tidak begitu tahu mengapa flare masih saja bisa masuk dan menyala di dalam stadion, padahal sudah sangat jelas-jelas PSSI sebagai otoritas sepak bola tertinggi di Indonesia melarangnya. Setidaknya saya mempunyai sebuah anggapan setuju dengan PSSI sebagai induk di persepakbolaan nasional untuk melakukan pendisiplinan terhadap klub- klub yang melakukan pelanggaran dengan melakukan pembakaran flare dan petasan ditengah pertandingan, namun hendaknya PSSI dalam konteks ini harus lebih objektive dan memiliha-milah menilai tidak hanya kepada klub-klub tertentu saja atau klub yang ikut berlaga di pentas ISL (Indonesian Super League), namun pihak PSSI tentunya harus memeratakan kepada semua klub yang berlaga di sepak bola Indoonesia, karena ini bisa saja sebagai proses pendewasaan bagi semua kalangan yang ikut memeriahkan sepak bola nasional. 
            Waktu itu pada pertengahan musim paruh kedua di ISL 2013 kemarin menyempatkan diri pergi ke Malang, dan menyaksikan langsung pertandingan Arema Indonesia di Stadion Kanjuruhan Malang, yang kala itu bersua dengan Persija Jakarta dan menang dengan skor 3-1, saya pun sempat takjub suasana yang ada di dalam stadion kala itu, ribuan supporter memenuhi segala tribun di penjuru staduion. Dan tentu ada sebuah hal yang sangat saya nantikan mulai dari awal dan sampai akhir pertandingan malam itu, yaa…. Saya menunggu supporter yang menyalakan Flare, dan benar saja kala Arema unggul dengan skor 2-0 tak lama berselang Red Flare pun menyala di salah satu sudut stadion, pertama kali saya sempat takjub dengan atraksi yang ada, flare menyala dengan terang, dan bagi siapa saja yang disana mungkin akan merasa takjub dan menikmati, muncul satu lalu tumbuhlah seribu, dari satu flare kemudian muncul lagi di sudut-sudut yang lainnya. 

       
Bagi para supporter ini tentu hal yang yang menarik bukan, untuk dilakukan di dalam stadion, tapi lebih klimaksnya mungkin supporter harus sedikit lebih tahu, waktu menyalakan flare itu sendiri, agar tidak ada pihak-pihak yang akan dirugikan nantinya. Dan mencari ide-ide dan kreatifitas baru yang lebih fresh lagi dan menyenangkan bagi semua supporter yang datang ke stadion.  
Sebagai penulis disini tentu sangatlah menghargai kreatifitas para supporter yang telah melakukan dukungan secara hebat kepada timnya masing masing. Karena supporter adalah pemain ke-12 yang ada di dalam stadion, dan semua orang juga tahu tanpa kehadiran supporter dan dukungannya stadion tampak sepi dan jalannya pertandingannya pun tak bisa menarik untuk disaksikan dan suporterlah yang dapat membangun jiwa bertanding para pemain di dalam stadion. Tapi kita semua juga harus bisa menempatkan posisi di waktu yang tepat dan pada posisi yang seharusnya. Tentunya supporter suporter dan pendukung tim-tim yang ada di Indonesia sudah sangatlah dewasa, dan sudah bisa memilih apa yang boleh dilakukan di dalam stadion atau dilapangan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Supporter merupakan elemen pembangun yang sangat penting dalam sepakbola, tanpa kelompok supporter apalah arti sebuah sepakbola, karena tanpa supporter industri sepakbola tidak akan bisa maju dan berkembang seperti sekarang ini.

HIDUP SEPAK INDONESIA…… !!!!!
Flare is not crime an also flare not forbid #NoflareNoparthy
The real crime is WAR !!!

Posted on 19.49 by Unknown

2 comments

Jumat, 18 Oktober 2013



Bermain sepak bola ataupun futsal tentunya adalah olahraga kegemaran kaum laki, namun tak jarang juga para wanita juga gemar melakukannya. Sepak bola merupakan olahraga yang sangat popular, mulai anak kecil, dewasa dan orang tua pun menyukainya. Di sini ada sebuah cerita, aku dan teman-temanku tak jarang sering menyempatkan waktu  luang untuk bermain olahraga sepak, khususnya bermain futsal di sore hari.  Cukup menghibur sih serta menyenangkan untuk sekedar mengisi waktu kami di sore hari dengan bermain futsal, meski lapangan tempat main kami sangat kurang memadai. Heuheuheu,,,,,,, !!!!! mari kita simak cerita nya.





Awal kisah ( Ngopi dirumahnya NUR “Paluh/Anzazke”)

Hari ini keadaan cuaca panas dan terik sekali, jam menunjukan pukul 13.30 WIB, jam setengah dua siang. Kebanyakan oran-orang pada baru aja pulang kerja dan menikmati waktu istirahat di rumah. Siang yang terik dan panas itu aku sedang dirumah, nonton televisi di kamar acaranya Laptop Si Unyil, heuheuheu. Enak kali ya panas – panas gini ngopi atau minum es sambil nongkrong di suatu tempat “pikirku dalam hati” saat itu tercetus secara tiba-tiba. Saat yang bersamaan ku lihat status di BBM, ternyata statusnya kak Dedy lagi ngekopi di tempatnya Paluh, waahhh tepat sekali nih batinku, mungkin di sana ada banyak lagi teman-teman yang lagi ngongkrong dan ngopi di sana.
Bergegas ku sms temanku Dwi “Ewer” inginku mengajaknya sekalian kesana sambil barengan berangkat. “Ngopi yuk, di Paluh” bunyi sms ku kepadanya. Selang beberapa kemudian hapeku berbunyi, aahhh mungkin sms balesan dari Ewer, dan ternyata benar juga pintaku. “Aku sudah di posisi lohh ndang mrene aja”, tulisan smsan darinya. Heemmm ternyata teman-teman semua sudah pada nongkrong dirumah Paluh. Bergegas ku cuci muka ganti baju dan nyalain sepedah motor kemudian langsung cabut ke rumah paluh. Beberapa menit kemudian sampailah ku dirumah Paluh, tampak ramai sekali di sini, banyak sekali sepeda motor yang diparkir di depan rumah Paluh. Yupp, jarak rumahku kerumah Paluh memang tidak terlau jauh, sekitar satu kiloan saja mungkin jika di ukur, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai kerumahnya.
Sesampainya disana langsung masuk kerumah Paluh, waahh ternyata ramai sekali suasana kali ini dirumah Paluh semuanya pada ngumpul jadi satu, tumben sekali batinku. Yaapp biasanya jarang sekali semua pada ngumpul jadi satu kayak gini dirumah Paluh, karena tau sendiri teman-teman beda profesi dan jurusannya, ada juga yang jadi bapak kost. Ku sapa pertama kali Hawri  “Gambir” tampak berbungah sekali wajahnya kulihat kali ini. “Piye arya” sahutnya padaku, hehehe sambil ketawa riang, hawri “gambir” emang orang suka ketawaan dan senyum simpul, cclliiinngg. Ku itung satu, dua, tiga, empat, lima, enam sampai berapa itu ada banyak sekali. Ku perhatikan ada Dwi “ewer” Hawrei “gambir” Rizky “jiebril” Ranu “bajul” Benni “Baunk” Kak Dedy “adeb” Angga “trlala” Pepen “peni” Apipul ”ruwaw” Sandi “pas band”  Mas Rendi “Ondel” si Eko “Ucok” yang kata Paluh mirip dengan vokalis Last Cild, Yuli “gadul” serta Agus “Poniman” dan Miki “Plentes”.
Benar kataku, ramai sekali suasana di rumah Paluh kali ini, semua unsur pemain pada ngumpul, mulai dari pemain reyog, pemain bola, dan pemain PS antar kampung . Semua pada sibuk dengan kerjaannya masing-masing, kulihat semua pada ngomongin hal ini dan itu. Yang pasti lagi menjadi fokus perhatian ya yang lagi maen PS’an tuh, yang tersedia ada dua tv dan dua mesin PS. “Di liga yuk di liga” sambil memegang stick ps di depan tv, kata Kak Dedy yang abis pulang dari Kota Surabaya, tampak semangat sekali ketemu teman-teman lamanya dirumah kali ini. Kak Dedy tampaknya ingin memulai lagi acara PS’an kali ini, yang mengikutkan semua peserta yang ikut ngopi dirumah paluh. Gayung pun bersambut, mendengar ucapan dari kak Dedy itupun Dwi “Ewer” langsung aja memegang stick yang satunya lagi seakan menyanggupi tantangan Kak Dedy. Lanjut pemograman pemain dan TIM masing-masing sudah menentukan pilihannya sendiri-sendiri termasuk Apip “Ruwaw” yang memakai FC Barcelona.
Hheemmmm, pasti lama sekali ya nih maen PS’annya entar sekian banyak orang kalau pada maen semua. Yupp, aku mah cumin ngekopi ajah atau sekedar minum es teh anget, karena jarang sekali maen PS’an karena tak ada yang mengajakku maen, heuheuheu. Di saat semua teman-teman pada sibuk maen PS’an dengan formasi di Liga dan Cup, dengan santai Hawrei “gambir sedang jahit sepatu. Yup itu sepatu miliknya si empunya Rumah Nur “Paluh”, yang sedikit robek akibat tendangan firstime futsal kemaren sore. “Wes dadi pow urung mbir kok suwi emen” celetuk Paluh kepada gambir yang dari tadi kegiatannya cuman ngemasukin jarum ama benang jahit ke sepatu, semacam kerja sampingan. Waktu pun berlalu, ternyata sekarang denting jam kulihat sudah jam 3 sore, semua masih pada asyik ngeps’an. Tiba-tiba terdengar suara yang keras sekali “Ggooooolllllllllllll………………” yang sedikit memekingnya suara telingaku sakig kerasnya. Hemmm itu suara dari Ranu “bajul” yang habis ngegolin dan lawan maennya Mas Rendi “Ondel” yang dibantai dengan skor 1-0 aja.
Di sudut lain ada yang diem, ngelihat televisi, nyruput kopi dan duduk saling berjejer, termasuk Angga “tralala” Benni “Baunk” Eko “Ucok/Vokalist Lastcild” Yuli “gadul” mereka sedang asik juga dengan hapenya masing-masing. Di sisi lain Agus “Poniman” dan Pepen “peni” sedang asyik gambar di atas kertas, kalau Pepen “peni” orangnya emang agak kreatif dan suka menggambar, hasilnya pun bagus kok. Kalau ada sedikit kesalahan atau lepas control kadang suka diteriakin “yang laki yang laki” oleh poniman, biar kami selalu focus. Meskipun kami semua pada ngomongin tentang semua hal ngalor dan ngidul, tapi semua kompak ngomongin satu hal yaitu FUTSAL. Benar sekali futsal di sore hari, kami sering sekali memainkannya di waktu senggang utamanya di sore hari sehabis shalat Ashar.
Tak lama berselang suara Adzan Ashar pun terdengar, itu pertanda kalau jam menunjukan sudah jam 4 sore lebih, wahh mesti segera bergegas pulang dan bersiap maen futsal nih, batinku. Benar saja, semua pada siap-siap mau pulang kerumah masing-masing, Kak Dedy, Ewer, Ranu dan yang lain membayar bon PS mereka dulu sebelum pulang, sementara yang lain ngebayar kopi dan the anget masing-masing. “Langsung merapat low ko gek lali ae” kata Hawrei ‘gambir” pada semua yang ada di situ sebelum pulang, semacam mengingatkan supaya siap-siap futsal maksudnya. “Hemmmm, jemput aku ya peni” pinta Apip pada pepen supaya menjemputnya dirumah waktu berangkat futsal nanti. “Yoommm” jawab Pepen pada apip, secara singkat jelas dan padat.
Yang lain juga pada ngikut pulang Benni, poniman, Eko/ucok juga ikut bergegas pulang. Aku pun lekas nancepin batang kunci ke sepedah, dan langsung pulang meuju ke rumah.

JAM 16.25 WIB
     Waktu sudah menunjukan hampir jam setengah lima sore, ini time is the futsal sama teman-temanku. Asal tau saja dan sekilas info yang perlu diketahui, tempat futsal kami ini sebenarnya sangat kurang memadai dan rawan terjadinya sebuah bencana. Banyak bagian-bagian ataupun sudut yang berlubang yang berbahaya jika terjatuh atau terpeleset, tak jarang beberapa dari kami ada yang sampai terluka keluar darah oleh itu. Yang lebih ekstrem lagi yaitu di setiap masing-masing sudut di tembok terdapat kaca-kaca kelas yang berhadapan langsung dengan lapangan futsal ini, heemmmm itu semakin tambah ngeri, buktinya semenjak futsal sampai sekarang ini, yang ku lihat sudah Kak Ranu sama Agus “Poniman” yang sudah mecahin tu kaca kelas, akibat tendangan yang enggak shoot on target, besoknya terpaksa deh ganti tu kaca, heuheuheu.
Kadang aku dan teman-temanku juga mesti urunan atau patungan 5-10 ribuan buat beli bola futsal dikarenakan bola yang kami pakai untuk bermain futsal sering sekali rusak dan bolong serta sobek setelah beberapa dipakai. Itu dikarenakan tempat kami futsal bukan lapangan indoor yang pakai rumnput sintetis tapi lapangan untuk upacara hari Senin di sekolah, derita oohh derita. Meskipun kadang kala susah ngejalaninnya tapi kami semua berusaha tetap enjoy olah fisiknya futsalnya, meskipun dengan hati yang berdebar-debar.
     Langung ku menuju kerumah si Dwi “Ewer”, seperti biasa mampir dulu berangkat bersama ke lapangan futsalnya. Tampak sekilas di gang sebelah utara rumah Ewer, Nur “Paluh” tampak sudah necis dengan seragam dan sepatu futsalnya nampak baru, bebarengan dengan itu si Pepen “Peni” tampak juga terlihat masih nunggu di depan rumah Apip “Ruwaw” keluar dari persembunyiannya, mungkin Apip masih ngecuci muka di dalam. Aku kemudian dengan santai nungguin si Ewer di depan rumahnya dulu, sambil nunggu juga si Sindhu Ihsan datang yang katanya juga mau mampir kesini. Tak lama kemudian si Nur “Anzazke” lewat, sambil gleyer tampak sedikit tajam sorotan matanya padaku. Kemudian beberapa menit kemudian Pepen “peni” sama Apip sudah lewat juga, sambil berkata “ayo mangkat” sahutnya sambil di bonceng Pepen kepadaku. “Oke sik nunggu Ewer iki tah”  jawabku padanya. Mereka pun segera bergegas ke lapangan futsal, yang kemudian Ewer pun keluar dari rumah dan sudah siap, berangkatlah kami juga kelapangan.
     Dalam hatiku pasti yang sudah merapat di sudut lapangan kecil itu sudah banyak sekali, mungkin ada sekitar 15 sampai 20 anak, itu kalau pas rame. Kadang lapangan futsal kami tampak sangat sepi, yang hadir hanya genap 5 orang saja itu juga pernah. Dua menit kemudian berselang aku dan Ewer sudah nyampek di posisi, tampak sepedah motor yang sudah datang dan tertata di plataran sekolah sudah banyak sekali. Waahhhhh ………..!!!!!!!!! benar saja di hari yang cerah jam setengah lima sore ini peserta futsal yang datang banyak sekali ternyata ku hitung dengan sepuluh jariku tak cukup, mungkin ada sekitar 20’an anak yang datang.  
     Pas aku datang ternyata kick off pertama baru dimulai, di sebelah timur kipernya kentung dan yang barat si Nur “Anzazke” ternyata, kulihat yang lagi ngantri juga banyak. Tampak yang lagi ngantri ada poniman, mas rendi, kipli, angga “wawan” tejo, aku dan ewer sindhu ihsan juga ada. Yang lain maen duluan, seperti Benni, apip, pepen, Kak ranu, kak Dedy, joko “uuk”, dita “demang” dan terselip satu pemain berposisi sebagai bek tengah yaitu Hawrei Gambir, yang belakangan ini dapet julukan Ozil, karena baru beli T-shirt Meriam London Arsenal lengan panjang.
     Yuuhhuuu,,,,,,, pertandingan sudah berjalan sekitar lima menitan, tempo masih sedang-sedang saja, karena baru mulai dan belum on fire dan kuperhatikan jalannya pertandingan sembari ngobrol dengan teman yang lain dipinggir lapangan sambil nunggu waktunya main. Yang paling nyebelin adalah kebiasaannya kalau nunggu maen yang sangat lama, kemudian maen turun ke lapangan biasanya gak sampai beberapa menit udah kemasukan gol, dan yang paling susah belum pegang bola sudah ganti pemain. Beberapa saat tempo semakin meningkat dengan adanya tending keras Benni dari belakang, si Benni emang suka tendangan keras yang kenceng pula yang selalu shoot on target dan tak jarang masuk ke gawang yang kadang juga membikin wel, wel, wel si penjaga gawang itu, biasanya si angga “wawan” yang jadi sasaran tembak.
Tapi kali ini Anzazke dapet mengantisipasi tendangan Benni, meskipun dengan susah payah. “Hooee paluh, paluh” teriak Apip pada paluh yang langsung meminta umpan bola kedepan. Paluh umpan langsung kedepan, control dada oleh Apip, kemudian satu control kaki, kak dedy meminta bola pada Apip “umpan pip tengah” teriak kenceng kak Dedy yang sudah menunggu umpan dari Apip. Tapi Apip masih menggocek bola yang di hadang Joko “Uuk”, bola pun kena uuk. “Lama-lama pip” teriak kak Dedy lagi. Giring ke depan, ada serangan balik, uuk umpan ke Benni dan tendang keras kearah sebelah kiri, paluh tak dapat antisipasi dan gggooolllllllll …………………………….
Akhirnya gol yang ku tunggu-tunggu datang juga akhirnya, dan bersiap masuk lapangan maen menu dengan tim yang menang. Sembari masuk dalam lapangan terdengar suara motivasi yang begitu khas dan penuh semangat dari poniman “Hhoooeeeee yang laki yang laki”, aku dan teman-teman waktu itu begitu paham maksud dan tujuan poniman, tapi kadang aku berfikir penuh, padahal kami semua yang nge-game futsal sudah pada laki semua, masih aja teriak yang laki yang laki, heuheuheu. Aku se tim sama poniman, ewer, mas Rendi dan kipernya si Tejo. “Arya depan yang laki” sahut lirih mas Rendi sembari umpan bola ke pada ewer. Permainan kembali dimulai sesaat, yang kali ini tampak lebih seru dan bersemangat, di sisi lain ku lihat Hawrei Gambir tampak sudah bercucuran keringat.
Kali ini tim ku lumayan kuat di setiap lini, apalagi tejo yang cukup berani sebagain penjaga gawang. Bola masih di giring ewer, lalu beri ke poniman, gocek bola gocek gocek sering poniman lakukan jika memegang bola.  Aku sudah menunggu di depan, bola masih tampak berkutat di belakang saja, menunggu-nunggu irama permainan yang pas dan umpan satu dua, satu dangan yang lainnya. “Umpan depan man” teriak mas Rendi pada poniman, tak lama kemudian bola lambung atas di umpankan ke depan, dan itu tertuju kepadaku. Ku berlari semabri melihat bola, lalu jatuh di pahaku, ku keberikan pada ewer yang sudah menunggu di samping sambil berlari lalu shoot dengan kaki kiri dan ternyata tidak gol, bola masih melambung ke atas.
Setelah dua kali tim yang main, kali ini permainan tampak a lot dan seimbang, permainan pun berjalan lama dan saling serang timur dan ke barat, sesekali melakukan shoot on target, tetapi masih melambung. Gentian juga tim Benni dan Hawrei gambir yang lakukan penyerangan tapi di sisi penjaga gawang si tejo masih tampak sigap menjawa gawang dari kebobolan. Hheemmmmmm……..!!!!!! di pinggir lapangan ku lihat kak Ranu dan Kak Dedy tamapk bête nungguin giliran maen manu kembali, karena masih nunggu salah satu tim kebobolan lagi gawangnya.
Waktu sudah berjalan sekitar 15 menit, terlihat tampak di ujung barat langit sudah semakin menguning, itu pertanda waktu sudah semakin sore menjelang petang dan mau magrib. Aku dan satu tim ku kelihatan sudah tampak semangat tapi belum juga ngegolin, di sisi lain Hawrei gambir masih nyantai saja. Tak lama berselang akhirnya gol kembali, kali ini Agus Poniman yang ngegolin, yang akhirnya sudahi akhir puasa cetak gol kurang lebih satu hari. Kami pun sejenak menghela nafas panjang sembari nungguin tim pngganti masuk ke lapangan. Waktu tambah semakin sore dan semakin petang saja, mungkin sebentar lagi adzan magrib terdengar berkumandang.
Dari sekian semua temen-temenku yang main nge-game futsal di sini, ada salah satu pemain naturalisasi yang cukup menyita banyak perhatian kami semua pihak dan pihak promotor akhir-akhir ini. Heuheuheu, dia bernama Asrori “kippit”. Dia merupakan pemain transferan baru dalam futsal di sekolah ini, tapi permainannya cukup menyita perhatian banget dan tak jarang banyak juga yang nungguin aksinya bermain mengolah si kulit bundar. Aku agak heran sih sebenarnya, sampai terakhir aku ngetik dan nulis naskah ini sampai terbitin ni artikel aku belum nemuin dan gak tau siapa yang memberi julukan “kippit” tersebut, begitu saja terngiang terdengar dari mulut ke mulut sampai sekarang, whehehehe……!!!!!   
Pertandingan demi pertandingan futsal rutin tiap hari kami lakukan menjelang sore hari, itu sebagaian dari kegiatan aku dan teman-teman tongkrongan ngopi lakuin ya kalau pas gak ada kegiatan, sembari mengolah fisik tubuh dan berolahraga biar sehat. Seperti pada sore hari ini, kami sudah sering sekali maininnya laga-laga kandang, tak jarang sesekali kami juga nglakuin laga tandang daerah seberang sono. Sore ini nampaknya cukup bermain futsalnya seiring dengan suara adzan yang sudah terdengar berkumandang, kami semua pun lekas menyudahi futsal sore hari ini. Bergegas nyamperin sepedah motor masing-masing, ada yang sendirian dan berboncengan.
Lelah memang terasa, tampak semua berkeringat dan membasuh cucuran air di muka, tapi semua itu seakan lunas terbayarkan akan permainan futsal di sore hari ini, senang dan suka bersama-sama teman semuanya. Kamipun pun menyudahi futsal kala sore itu, semuanya pada pulang kerumah masing-masing, tapi untuk kami selalu tak lupa sembari pulang go home selalu nyempetin nge es the dulu di angkringannya Pak. Badio Hex. Sambil melepas lelah minum es the itu segerrrr sekali gan. Selesai sudah cerita futsal kali ini, ketemu lagi cerita berikutnya. 


SALAM YANG LAKIK.




Posted on 09.17 by Unknown

No comments