Ultras
adalah jenis
penggemar olahraga terkenal karena dukungan fanatik
mereka dan menampilkan rumit. Sikap perilaku
kecenderungan kelompok ultras mencakup penggunaan flare (red flarehand
flare) (terutama di dalam koreografi), dukungan vokal dalam kelompok besar dan
menampilkan banner di stadion sepak bola, yang semuanya dirancang untuk
menciptakan suasana yang mendorong tim mereka sendiri dan mengintimidasi pemain
lawan dan pendukung. Tindakan kelompok ultras
kadang-kadang bisa terlalu ekstrim dan kadang-kadang dipengaruhi oleh ideology
politik masing-masing paham yang di anut atau pandangan tentang rasisme, dalam
beberapa kasus ke titik di mana ideologi asli fenomena ultras, dukungan
bergairah dan setia tim seseorang, menjadi ke arah lebih sekunder. Di sini
ULTRAS lebih didefinisikan ke dalam kelompok supporter pendukung fanatik dan
bersifat “GARIS KERAS”.
Histori Ultras Di
Italia
Asal usul gerakan ultras pun masih
terus diperdebatkan sampai saat ini, dengan banyak pendukung kelompok dari
berbagai negara membuat klaim semata-mata atas dasar menunjukan jati diri
mereka sebagai sebuah kelompok yang mendukung sebuah tim. Tingkat sengketa dan
kebingungan dibantu oleh kecenderungan kontemporer (terutama di Eropa) untuk
mengkategorikan semua kelompok suporter fanatik terang-terangan sebagai ultras.
Kelompok pendukung yang bersifat sebanding dengan ultras telah hadir di Brasil
sejak 1939, ketika pertama torcida organizada dibentuk yang
kemudia mereka sempat tampail di beberap event event besar Piala dunia 1950.
Terinspirasi oleh torcidas dan adegan penuh warna di Piala dunia 1950,
pendukung Hajduk Split bintang terbentuk dan torcida kemudian berpisah pada 28 Oktober 1950. Kelompok ini sering disebut sebagai ultras
tertua / grup style torcida di Eropa.
Dari
proses dan sejarah yang pernah saya lihat, dari masa ke masa mungkin dapat
ditafsirkan negara yang paling terkait dengan berkembangnya gerakan ultras adalah
ITALIA. Karena dalam proses yang saya amati pun menempatkan Negara Italia
karena jaman dulu di sana terkenal gembong para mafia, ataupun perjudian dalam
sepak bola. Ultras pertama
dalam sejarah Italia adalah sekelompok pendukung klub sepakbola berusia sekitar
15 sampai 25 tahun yang jelas dapat dibedakan dengan model klasik pendukung
sepakbola dewasa, yang lahir sekitar akhir tahun 1960an dan awal 1970an.
Dalam
tradisi calcio, ultras adalah "baron" dalam stadion. Mereka biasanya berkumpul di bagian
paling murah di stadion, biasanya para ultras Italia berkumpul di tribun
belakang gawang yang lebih di kenal dengan CURVA (Curva Nord, Curva Sud) dan biasanya mereka mendapat keringanan
tiket oleh klub, dan dengan segera mereka menjadi sebuah karakter unik dari
keseluruhan sepak bola Italia. Ultras tersebut menempati salah satu
curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga
bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada
curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik
yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.
Mereka sangat dapat dibedakan dengan penonton
biasa yaitu mereka selalu berkumpul membentuk kelompok- kelompok dengan banner
berukuran raksasa bertuliskan nama kelompok (berdasarkan tempat terbentuknya
atau kesamaan orientasi politik) dan memakai pakaian- pakaian militer (hardcore
ultra) dengan aksesoris wajibnya yaitu parka, sepatu boot Dr. Marten, pakaian
perang dan jaket yang dikalungi syal dengan warna klub yang mereka cintai.
(sangat kontras dengan penampilan supporter di Indonesia).
Yang pertama kelompok ultras Italia
dibentuk pada tahun 1951, termasuk Fedelissimi
Granata dari Torino. 1960-an melihat terus menyebarnya dan pengembangan
budaya dengan pembentukan Ultras militan dan Spartan Fossa Dei Leoni yang sepengetahuan saya merupakan supporter Ultras
dari klub AC Milan. Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei
Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun
kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat
tandingan yaitu Inter Club Fossati
yang kemudian berubah nama menjadi Boys
S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurra), Ultras
Sampdoria (Sampdoria, 1969) Commandos
Monteverde Lazio/CML (Lazio, 1971), Yellow-blue
Brigade (Hellas Verona, 1971), Viola
Club Viesseux (Fiorentina, 1971), Ultras
Napoli (Napoli, 1972), Griffin Den
(Genoa, 1973), For Ever Ultras
(Bologna, 1975), Black and Blue Brigade
(Atalanta, 1976), Fossa dei Campioni dan
Panthers (Juventus, 1976), dan Commando
Ultra Curva Sud/CUCS (Roma, 1977). Fenomena ultras sempat surut dan muncul
lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun
1980-an.
Ultras
adalah istilah yang digunakan sebagai nama untuk pertama kalinya pada tahun
1969 ketika pendukung II SAMP (Sampdoria) membentuk Ultras Tito Cucchiaroni
dan penggemar Torino membentuk Ultras Granata. Gaya dukungan yang akan menjadi
identik dengan sepak jenis Lega Calcio Seria-A di sepak bola Italia berkembang
paling selama tahun 1970 sebagai kelompok yang lebih terbentuk dan dukungan
aktif dari ultras menjadi lebih jelas, berbeda dengan budaya
"tradisional". Menampilkan koreografi, spanduk dan simbol tanda
tangan, bendera raksasa, drum dan kembang api ataupun bomb smoke menjadi norma
kelompok-kelompok bertujuan untuk mengambil dukungan mereka ke tingkat yang
lebih tinggi.
Gerakan ultras tersebar di seluruh
Eropa selama tahun 1980, 1990 dan 2000-an, dimulai dengan negara-negara secara
geografis paling dekat ke Negara Italia. Efek pada kultur sepakbola
negara-negara yang terlibat lebih mendalam di beberapa individu seperti tingkat
tertentu organisasi di kalangan penggemar atau tradisi dukungan berwarna-warni telah
lama hadir di banyak Negara. Jerman, Belgia dan Belanda tiga negara yang budaya
sepakbola yang lebih banyak dipengaruhi oleh sepakbola Inggris dalam perubahan
yang signifikan mengalami masa lalu. Maka dari itu sejak akhir era jaman
1990-an sampai sekarang jarang kita jarang sekali mendengar atau cerita tentang
Ultras di Negara-negara tersebut, karena mereka mempunyai ranah supporter
tersendiri, setahu saya dan bahkan semua orang tahu di Sepak bola Inggris
terkenal dengan sebutan Holligans.
Sepak bola di Inggris adalah contoh langka dari budaya sepakbola di Eropa yang
belum banyak dipengaruhi oleh gerakan ultras.
Ultras cenderung lebih mencolok ketika
mereka melakukan perjalanan, dengan bangga menampilkan syal dan warna klub saat
tiba secara massal, yang memungkinkan polisi untuk menjaga menutup mata
pada gerakan mereka.
Kelompok Ultras biasanya didasarkan sekitar kelompok inti pendiri atau pemimpin
(yang cenderung memegang kendali eksekutif), dengan subkelompok yang lebih
kecil yang digerakan di lokasi tertentu, persahabatan atau sikap politik.
Ultras cenderung menggunakan berbagai gaya dan ukuran spanduk dan bendera
bertuliskan nama dan simbol dari kelompok mereka.
Kelompok Ultras sering memiliki
perwakilan yang bekerjasama dengan pemilik klub secara teratur, terutama
mengenai tiket, alokasi kursi dan fasilitas penyimpanan. Beberapa klub
menyediakan kelompok dengan tiket murah, kamar penyimpanan bendera dan spanduk dan
akses dini ke stadion sebelum pertandingan untuk mempersiapkan pertunjukan.
Jenis hubungan ini sangat disukai namun sering dikritik ketika
kelompok-kelompok ultras menyalahgunakan kekuasaan mereka.
Hal yang paling sering terjadi adalah
perpecahan dalam suatu kelompok akibat masuknya kepentingan partai politik yang
memanfaatkan kekuatan Ultras, komersialisasi Ultras dalam memproduksi dan
menjual merchandise, atau masuknya kelompok “swing ultras” alias para “glory
hunters”. Mereka yang disebut terakhir ini adalah pendukung yang berpindah
klub seiring naik-turunnya prestasi klub, sehingga melunturkan nilai-nilai
Ultras itu sendiri. Fossa dei Leoni hingga kini tercatat sebagai Ultras yang
paling lama bertahan (1968-2005).
Kami supporter bukan seorang penonton !!!!!!
“As
an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from
ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means,
obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else “.
Deretan
kata dalam konteks kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk
mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi)
biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan
secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam
sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung. Ultras mempelopori suporter
yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung 'teatrikal' yang
kemudian menjalar ke negara-negara lain.
Ultras
sendiri punya kode etik di antara Ultras, yaitu, mereka klo fight itu sifatnya
open fight untuk merebut Banner ataupun bendera kebesaran yg jd simbol suatu
grup Ultras tertentu. Dalam proses fight tersebut, mereka di larang melibatkan pihak-pihak
keamanan terutama Polisi, karna Polisi itu HARAM bagi mereka. A.C.A.B (All Cops
Are Bastard) Curva/ Tribun bagi Ultras, POLISI gag boleh masuk ..
Kelompok ultras biasanya berpusat di
sekitar kelompok inti pendiri atau pemimpin (yang cenderung memegang kendali
eksekutif), dengan sub kelompok yang lebih kecil yang diselenggarakan oleh
lokasi, persahabatan atau sikap politik. Sebuah kelompok ultras dapat nomor
dari beberapa penggemar untuk ratusan atau ribuan, dengan kelompok yang lebih
besar sering mengklaim seluruh bagian dari sebuah stadion untuk diri mereka
sendiri.
Kelompok ultras sering memiliki perwakilan yang liaises
dengan pemilik klub secara teratur, terutama mengenai tiket, alokasi kursi dan
fasilitas penyimpanan. Beberapa klub menyediakan kelompok dengan tiket murah,
ruang penyimpanan untuk bendera dan spanduk dan awal akses ke stadion sebelum
pertandingan dalam rangka mempersiapkan display.
Kata
Ultras dimaknai sebagai lebih, sangat, luar biasa atau ekstrem atau lebih
penegasam kata yaitu masuk ke dalam ranah “garis keras”. Dalam sepakbola Ultras
mengacu kepada kelompok pendukung atau fans yang terorganisasi, memiliki kode
berperilaku yang bersifat komunal, cenderung eksklusif serta memiliki identitas
yang kuat serta loyalitas tak terbatas kepada tim sepakbola yang didukungnya.
Ultras lebih daripada sekedar hadir di stadion dan memberi dukungan, ultras adalah
sebuah totalitas mental, sikap dan perbuatan dalam mendukung klub, di dalam dan
di luar stadion, saat ada dalam kelompok dan saat sendiri, saat menang dan saat
kalah, saat klub di puncak kejayaan dan saat klub di nadir keterpurukan. Maka,
empat nilai penting pada Ultras adalah kehormatan, totalitas, loyalitas dan
solidaritas.
Tepatnya kemudian pada tahun 2009
kelompok Ultras garis keras dari Lazio, Roma, AC Milan, Catania, Genoa dan
Napoli kemudian mengadakan sebuah demonstrasi besar di ibu kota Roma menentang
penindasan terhadap kelompok suporter Ultras dan pembatasan mereka-mereka yang
ingin masuk ke dalam stadion. Mereka mengeluarkan deklarasi bersama. Isi
deklarasi ini dapat menggambarkan, bagaimana mentalitas Ultras itu
sesungguhnya.
Ultras,
a Way of Life: “Kami berbeda dari yang normal dan biasa. Berbeda dari
rata-rata, dari yang umumnya ada. Kehormatan, totalitas, loyalitas dan
persahabatan. Ultras adalah tentang nilai-nilai idealisme yang diterapkan
sepanjang masa. Ultras bukan tentang yang terbaik atau yang teratas , melainkan
tentang mentalitas. Mentalitas yang hanya ada pada Ultras. Mentalitas yang yang
lebih kuat dari segala tekanan. Pelarangan masuk stadion dan jeruji penjara,
tak ada yang dapat menghentikan kami. Kami Ultras, tindaslah kami, maka bara
tekad kami akan semakin besar. Kami memercayai mentalitas Ultras. Sepakbola
telah sakit, benar-benar sakit. Semuanya hanya tentang uang, uang dan uang.
Sepakbola normal telah diabaikan, stadion tak pernah terisi penuh. Mereka menyalahkan
Ultras, tapi kami tahu lebih baik daripada mereka.” “Kamilah bagian termurni
yang bertahan dari sepakbola. Kami mengeluarkan ratusan euro dan menempuh
ribuan kilometer ke segenap pelosok Italia untuk mewakili kota kami, warna dan
klub kami. Kekerasan bukan lagi yang terpenting, karena kalian akan selalu
menemukan kekerasan dimanapun kalian berada, di setiap kebudayaan dan di setiap
negara. Mereka mengatakan bahwa Ultras merusak sepakbola. Salah besar! Uang,
doping, menyuap pemain dan membayar wasit serta pemain yang digaji tak masuk
akal tingginya, itulah yang merusak sepakbola. Kamilah yang selalu meneriakkan
dukungan bagi tim kami, setiap hari, setiap minggu. Salju, hujan dan teriknya
matahari bukan masalah bagi kami. Kami membenci sistem kalian, kami melawan
penindasan kalian, dan akan selalu begitu. Ayah-ayah kami dulu memenuhi Curva,
kini kami yang ada di sana, dan kelak putera-putera kami yang akan
menggantikan. Kami akan menanamkan kepada mereka nilai-nilai yang kami anut,
membuat mereka mengerti tentang mentalitas kami, sehingga mereka akan melalui
jalan hidup yang sama dengan kami. Generasi tua hilang, generasi baru muncul,
tetapi idealisme Ultras akan tetap sama sepanjang masa.”
Apapun itu cerita histori yang
menyertainya di dalam proses perjalannya dari masa ke masa, sebutan Ultras
itu sendiri lebih dari pada sekedar sebuah kelompok pendukung klub ataupun
kelompok supporter. Ultras adalah sebuah pilihan tentang jalan hidup yang
bersifat modernitas tanpa meninggalkan sisi-sisi dan gaya khas Negara Calcio di
Italia serta era yang melekat pada zamanya, gaya hidup dan mentalitas diri, merupakan
pembentukan karakteristik pemikiran yang individualis tanpa meninggalkan sifat
saling mengerti, jiwa dan sifat pejuang yang Spartan nan militan seakan sudah
tertanam sejak mereka lahir turun temurun dari ayah dan ibu mereka. Tentu saja
di sini Ultras mempunyai cangkupan maksa yang sangat luas bagi setiap pembaca
ataupun penikmat bola di seluruh dunia, tidak hanya melingkupi ranah sepak bola,
tetapi di dalamnya juga sangat kental urusan kepemerintahan sosial dan money
politik dan juga mafia yang ikut menjadi faktor penting di Negara Italia. Jadi
dapat sedikit penyimpulan dari penulis bahwa, ULTRAS IS LIFE “THIS RIGHT” itu mungkin memang benar adanya.
Fossa
Dei Leoni Ultras dari klub AC Milan tahun 1968
Boys
S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurra) Ultras dari klub Inter
Milan tahun 1969
Ultras
Sampdoria (Sampdoria, 1969)
Fossa dei Campioni dan Panthers (Juventus, 1976)
0 komentar:
Posting Komentar